Category Archives: cerpen pendidikan

pekejaan yang mulia

Standar
Cerpen Nieya
“tasya…bangun sayang nanti telat lo kesekolahnya ayo tasya bangun dong” kata ibu yang mencoba membangunkanku
“iya ibu tasya yang cantik” aku terbangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi
Aku menghampiri ayah dan ibu dimeja makan. Kita sarapan dengan roti bakar selai coklat buatan ibu. Setiap hari aku berangkat ke sekolah bersama ayah dengan mobilnya dan pulangnya naik angkot yang searah dengan jalan rumah. Ayah bekerja disebuah kantor yang bergerak dibidang penyuplai barang-barang onderdil mobil.

Bel berbunyi tanda masuk kelas. Palajaran pertama kelas 2 smp yang sekarang menjadi tempatku mencari ilmu adalah bahasa indonesia. Bu riska yang mengajarkan pelajaran ini sedang berhalangan hadir dan memberika tugas kepada kami leawt pak rio wali kelas kami. Tugas membuat deskripsi tentang pekerjaan yang dianggap mulia. Satu pekerjaan yang mulia kemudian dideskripsikan kenapa pekerjaan itu mulia.
“paham tentang tugas yang diberika bu riska” kata pak rio
“paham pak” sahut semua anak dikelasku
“baik tugas itu dikumpulkan minggu depan”
“Baik pak”

Read the rest of this entry

tak ber-ayah

Standar
Cerpen Qaem
Riuh gemuruh suara teriakan dan tawa anak kelas 4 sd berlarian menembus celah-celah jendela ruangan, riuh itu baru berhenti perlahan tatkala bu guru menghentakkan mistar panjangnya ke papan tulis yang penuh dengan coretan dan gambar naruto. Pagi itu, ruangan kelas 4 seperti audisi solo pelawak, tiap anak akan menceritakan pahlawan hidupnya,.. tiap anak yang bercerita, maka gemuruh akan tercipta, dan mistar kembali menghantam papan tulis untuk merendam riuh agar tak mengaung lagi.
“selanjutnya.. Husain…”
“Hadir bu..”
“Maju…!!”

Suara mulai menelisik dari kolom meja-meja.. kali ini objeknya makin menarik, badan tirus cekung, baju selalu kedodoran, tanpa lupa ujung lengan baju selalu mengkilat dengan sisa ingus yang mengering..

Husain gentar, tak biasanya, dia yang biasa menjadikan dirinya sebagai bahan tertawa’an, kali ini berdiam lama memandangi sepatunya, bergerak pelan dan menatap diam-diam temannya yang sudah tidak sabar melihat aksinya, melihat kembali pada ibu guru dengan tatapan memohon, untuk sekarang ini tak perlu lah dia naik, ibu guru tak merespon, tatapan teman-teman menekannya untuk segera beraksi, dia melangkah dengan penuh beban, kulitnya mengerucut, tapi tak berkeringat.
“Silahkan Husain, perkenalkan pahlawanmu ke teman-teman…”
“Paling cibi maruko chan bu..”

Wuakakakakaka…..
“upin-ipin..! kan tivi dirumahnya Cuma bisa dapat siaran mnc…!!!
Wuakakakakakaka….!!!!!!

Gemuruh kembali menggelepar, disertai hentakan meja yang bersahut-sahutan, bahkan ibu guru harus menyentak mistarnya lebih dari sekali untuk menenangkan, Husain terpaku, jari-jari tangannya kaku menarik ujung baju, entah kenapa kantong ketawanya mengempis, hingga  bibirnya malah mengatup keras layaknya jahitan, saat diam dan tenang barulah ia bersuara dengan nada yang begitu pelan.
“P..p…pahlawan ku… ii..i.bu…
i..ibu ku…
ibuku….”

seketika hening menerpa.. tangan-tangan yang sedari tadi tak lelah-lelah menghantam meja tergelatak mati diatasnya, suara terkunci, semua mata termasuk ibu guru sepenuhnya menatapa tajam dan heran pada husen yang baru berucap ibu, telah meneteskan air mata, husen segera tertunduk,  mencoba menenangkan hatinya yang telah berkecamuk, dan kini di kelas, cerita itu mengalir pelan namun riaknya deras, membuat kontes lawak bubar, berganti putaran nostalgia, mempertontokan salah satu sudut kepahlawanan yang memilukan, serasa husen ingin berkata, “siapa bilang pahlawan itu selalu super?”
***

Read the rest of this entry

500 kata

Standar
Cerpen AzizHari 1. Suara merdu burung terbangun terlampau pagi. Kucing masih sibuk mengais makanan. Sejuk, dingin, dan lembab pagi ini. Teringat kemarin saat selesai acara dan mendapat bingkisan untuk semua.
Hari ini belum ada yang istimewa. Setumpuk jadwal di kampus dan kantor, menyusul jadwal jalan – jalan selalu tergambar di sepanjang jalan. Kapan mereka akan hadir menyenangkan di hari – hariku ?. Sejauh mata memandang, hanya dipandang kosong oleh mata yang memandang. Mengharapkan mendapat uang, pakaian, atau hal lain yang tidak biasa.

Kehadiaran orang – orang yang hanya ingin didengar tapi tidak bisa mendengar orang lain dengan baik, membuat suasana semakin kacau. Tidak bisa mengontrol diri dan selalu ingin diikuti. Lalu diminta perhatian dan perintah menjadi prioritas kehidupan. Dan  tidak pernah lagi memandang orang lain sebagai orang yang bisa menolong.Hari 2. Rutinitas yang hnaya bisa diatur oleh kehendak hati. Memberi suatu pengharapan akan datangnya imajainasi menjadi kenyataan. Membicarakan hal yang hanya dpat direalisasi dalam otak, tanpa melakukan suatu hal. Sangat sepele.

di menit ke45

Standar

Hha..hha..hha..” terdengar suara desahan nafas dari mulut Lukas yang sedang ngos-ngosan berlari dalam rangka pengambilan nilai lari estafet. Pukul 09:35 WIB cuaca lagi berada pada titik terbaik, sinar matahari bagaikan jarum-jarum yang menghujani tubuh, langit yang begitu menyilaukan seperti bidadari ingin turun dari singgasananya untuk melihat bumi. Saat semuanya mengambil posisi untuk lari, Lukas bersiap mengambil ancang-ancang dan segera melihat jam tangannya. Itulah kebiasaan yang selalu dilakukan Lukas setiap ingin melakukan sesuatu, bukannya iy Mr. Perfect atau Mr. On Time tapi, hanya elergi dengan menit ke 45 karena pada menit itulah selalu terjadi hal yang aneh dalam hidupnya.

09:40 WIB, “bersedia….siiaap…yaa” seketika semua pelari pertama berlari bersamaan. Semua perempuan bersorak menyemangati teman-temannya yang sedang berlari demi sebuah nilai dan tibalah saat dimana tongkat estafet akan diberikan pada Lukas yang bersiap sambil melihat jamnya itu. Tepat pada pukul 09:43 WIB Lukas menerima tongkat itu dan berlari secepat mungkin untuk mencapai garis finis sebelum menit ke 45 namun, beberapa saat sebelum menggapai garis finis tiba-tiba 09:45 WIB “bruk..” tanpa sadar tongkat estafet terlepas dari tangan Lukas. “yah..yah..yah… akhirnya menit ke 45 tak menghalangiku tuk menjadi sang juara, akhirnya ^_^…” kesenangan terpancar dari mulut Lukas. 09:50 WIB, “baiklah ankku sekalian, yang jadi juaranya adalah kelompoknya Lukas..” “hore..” lukas yang menyelan perkataan pak guru. “tapi..tapi, karena saat mencapai finis tanpa memegang tongkat jadi, Read the rest of this entry

arti sebuah pilihan

Standar
“Mamaaaaa…….Mamaaa…..jangan pergi Maaaa……tunggu lyla !!”. Dengan tersentak, lyla tersadarkan dari mimpi nya. Jantungnya berdetak dengan cepatnya. Ya dalam beberapa hari belakangan ini wajah mama nya sering sekali muncul mimpi nya itu. “ huufft!! ohh…..ternyata hanya mimpi” pikirnya dalam hati. Keringat tampak mulai membasahi kening lyla. Dia hanya termenung, Nampak sekali ada kesedihan yang cukup mendalam, sejak lyla di tinggalkan oleh mama nya tercinta beberapa tahun yang lalu. Setelah mama nya meninggal kehidupan nya berubah drastis. Sedangkan papa nya setelah perusahaan tempat kerjanya bangkrut kini menjadi pengagguran dan sering mabuk-mabukkan dan menjadi orang yang pemarah. Sering kali pula lyla bertengkar dengan papa nya itu. Lyla merupakan anak tunggal dalam keluarga nya. Jadi tampak jelas betapa sepi nya hidup lyla. “Maaa…kenapa sih harus tinggalin lyla sendiri?? lyla kangen banget ma Mama, lyla ingin sekali ketemu maaaa
!!”tanya lyla dalam hati. Airmatanya tampak membasahi kedua bola mata indah yang mulai berkaca – kaca itu. “Hiks…hiks…kenapa mama begitu cepat ninggalin lyla sih??. lyla kembali termenung tak habis pikir. Pikiran nya sangat kacau malam ini karena hampir setiap hari selalu bertengkar dengan papa nya, akibat kebiasaan mabuk nya itu.
Sesaat kemudian ia pun membaringkan kembali tubuhnya di tempat tidur. “besok aku ada janji sama rino. Aku harus cepat – cepat tidur dan bangun pagi-pagi”. Semoga esok pagi ada khabar gembira buat ku”. Pikir lyla dengan penuh harap. Tangan nya kemudian mengusap airmata yang tersisa di pipi nya. Sesaat kemudian lyla sudah kembali tertidur lelap. Meskipun pikirannya masih menerawang jauh di antara kegelapan malam.
********

indah

Standar

“Jadi walau pun kita sulit makan, kita juga berkewajiban untuk ikut serta, berperan serta dalam pembudidayaan tanaman langka itu?” tanya Alung dengan sinis kepada penceramah dari kelurahan.

Petugas itu menjawab tegas.

“Betul, Pak Alung. Semua orang. Tidak laki tidak perempuan. Tidak kecil dan tidak besar, semua harus ikut!”

“Tidak kaya tidak miskin!”

Read the rest of this entry

kebebasan

Standar

Ada anak perempuan yang tiba-tiba mengurung dirinya. Dia sama sekali tidak mau keluar rumah. Bahkan di dalam rumah ia lebih banyak mendekam di kamar. Hal ini mencemaskan keluarga dan menimbulkan curiga tetangga.

“Kalau tidak bunting tetapi tidak ketahuan siapa lakinya, mungkin itu tanda-tanda mau gila,”analisa seorang tetangga.

Keluarga langsung mengadu kepada yang berwajib..

“Kami sudah difitnah, Pak. Kami bersumpah anak kami masih perawan. Dia siap membuktikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tidak mungkin anak kami melakukan tindakan bejat. Jiwa-raganya sehat. Anak kami waras, bahkan IQ-nya tinggi sekali. Dia hanya memutuskan tidak mau keluar rumah lagi sebab dia mau merdeka.”

Petugas yang mencatat pengaduan itu bingung.

“Mau merdeka?”

“Ya.”

“Tapi kita sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945!”

“Itu kemerdekaan politik, Pak. Anak saya mau merdeka di dalam berekspressi.”

Petugas berhenti mencatat. Dia berpikir, lalu permisi ke belakang. Di belakang ia berunding dengan teman-temannya. Petugas lain, lebih senior, lalu muncul, menggantikan bertanya.

Read the rest of this entry

keledai dan garam muatannya

Standar

Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.

Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.

Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.