Monthly Archives: Maret 2012

indah

Standar

“Jadi walau pun kita sulit makan, kita juga berkewajiban untuk ikut serta, berperan serta dalam pembudidayaan tanaman langka itu?” tanya Alung dengan sinis kepada penceramah dari kelurahan.

Petugas itu menjawab tegas.

“Betul, Pak Alung. Semua orang. Tidak laki tidak perempuan. Tidak kecil dan tidak besar, semua harus ikut!”

“Tidak kaya tidak miskin!”

Read the rest of this entry

kebebasan

Standar

Ada anak perempuan yang tiba-tiba mengurung dirinya. Dia sama sekali tidak mau keluar rumah. Bahkan di dalam rumah ia lebih banyak mendekam di kamar. Hal ini mencemaskan keluarga dan menimbulkan curiga tetangga.

“Kalau tidak bunting tetapi tidak ketahuan siapa lakinya, mungkin itu tanda-tanda mau gila,”analisa seorang tetangga.

Keluarga langsung mengadu kepada yang berwajib..

“Kami sudah difitnah, Pak. Kami bersumpah anak kami masih perawan. Dia siap membuktikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tidak mungkin anak kami melakukan tindakan bejat. Jiwa-raganya sehat. Anak kami waras, bahkan IQ-nya tinggi sekali. Dia hanya memutuskan tidak mau keluar rumah lagi sebab dia mau merdeka.”

Petugas yang mencatat pengaduan itu bingung.

“Mau merdeka?”

“Ya.”

“Tapi kita sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945!”

“Itu kemerdekaan politik, Pak. Anak saya mau merdeka di dalam berekspressi.”

Petugas berhenti mencatat. Dia berpikir, lalu permisi ke belakang. Di belakang ia berunding dengan teman-temannya. Petugas lain, lebih senior, lalu muncul, menggantikan bertanya.

Read the rest of this entry

keledai dan garam muatannya

Standar

Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.

Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.

Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.

asaku pupus

Standar

Terengah-engah kuberlari

Meraih asa yang kian tertutupi

Jatuh bangun kumeratapi

Akan hidup yang kualami

Kemarau panjang yang bertubi-tubi

Harapkan hujan yang kunanti

Dinginnya malam yang menusuk hati

Tak ada cinta yang menyelimuti

Berusaha membingkai rasa

Agar tak ada yang terluka

Merajut kembali benang cinta

Agar tak sirna rasa setia

Tapi kini cintaku hangus

Dimakan waktu yang kian menjerumus

Dan asaku semakin pupus

Karena tak ada cinta yang tulus

At : 21.54
On: Jumat, 21102011
By: Vrd Kwacu

deritaku

Standar

Kutertatih menapaki bumi

Meraba-raba apa yang aku cari

Aku tak tahu kemana harus pergi

Hanya hitam yang selalu membayangi

Dalam keramaian aku merasa sepi

Dalam kebisingan hati terasa sunyi

Tak ada seorang pun peduli

Kemana langkah kaki akan beranjak pergi

Setiap detik kumendengar jeritan suara hati

Seakan-akan dia merintih

Seelok apakah warna pelangi

Seindah apakah gunung yang sering didaki

Sebening apakah bulan dan bintang yang selalu menerangi

Seagung apakah mentari yang menghangatkan bumi

Oh… Inikah deritaku

Menjadi seorang tunanetra

Yang tak bisa berbuat apa-apa

At : 21.48
On : Rabu, 12102011
By : Vrd Kwacu

kubutuh senyumanmu

Standar

Pagi ini kutermenung dalam sepi

Tak ada hingar bingar suara hati

Kumenerawang ke langit putih

Merajut asa yang tak pernah kunjung pasti

Beribu-ribu nama yang membanjiri otakku

Hanya satu yang selalu terpatri dalam hatiku

Engkau selalu ada menemaniku

Mendamaikan jiwa yang kian rapuh

Aku tak ingin kecewa

Aku tak ingin resah

Dan aku tak ingin gelisah

Untuk itu

Kubutuh senyumanmu

At : 10.09
On : Selasa, 12102011
By : vrd kwacu

aku akan menunggumu

Standar

sewaktu aku terjaga dari mimpi..

aku masih membilang hari…

membillang sudah berapa hari kita tidak bertemu..

sudah berapa bulan kita tidak berjumpa… seperti dahulu…

aku masih hidup di dalam kenangan kita…

aku masih merasa nyalaan api cinta kita…

aku masih merasa kau masih ada di sisi ku

hakikat perpisahan yang kau pinta…

mengapa jarak yang memisahkan kita…

mengapa kau meninggalkan diriku?? sedangkan aku masih mahu mencipta kenangan bersama dirimu…

aku tahu aku masih di sini…

setia menanti….

menanti pada yang tidak pasti…

menunggu pada yang tidak akan hadir kembali..

untuk menyalakan api cinta kita yang sudah terpadam..

aku tahu kau sedang bahagia bersama dirinya…

senyumanmu yang pernah mencairkan hatiku..

kini menjadi miliknya…

renungan matamu yang pernah menyapa mataku…

kini sedang menyapa matanya…

aku masih tidak jemu menunggu dirimu…

masih tidak jemu menanti dirimu…

seperti yang pernah aku janji..

AKU AKAN MENUNGGUMU…

biar cinta berbicara

Standar

saat mata kita bertemu

terasa begitu indah saat itu..

hati kita seolah berbicara..

tentang tajuk yang tidak kita ketahui..

pertemuan singkat itu berakhir..

tetapi kita masih ingin berpandangan..

tetapi kita mesti mengakui hakikat..

kita saling tidak mengenali..

kerana tiada cinta berbicara..

sudah sebulan sejak pertemuan yang tak terduga itu

aku masih mengingati saat-saat indah itu..

walaupun kadang aku tertawa..

kerana dirimu tidak ku kenali..

tetapi aku masih mengingati..

adakah aku begitu dungu…??

mengingati seseorang yang sudah pasti

sudah melupakanku….

aku memandang hamparan lautan yang terbentang…

kenapa pertemuan singkat itu berjaya

membuat aku ingat sehingga ke saat ini..??

aku cuma mampu tersenyum…

adakah kita akan bertemu lagi..??

dan kali ini cinta kita akan bebicara..??

aku meninggalkan lautan yang indah itu..

menuju ke destinasi yang tak pasti…

entah kenapa terasa debaran yang sama…

saat kau dan aku bertemu sewaktu itu..

adakah kau berada di belakangku???

dan sedang melihatku??

apa yang harus aku lakukan??

benarkah ini bukan ilusi??

kerana saat aku menoleh..

kau sedang tersenyum ke arah ku…

adakah aku bermimpi..??

adakah kau masih mengingati..??

entah mengapa kaki ini melangkah

melangkah menuju dirimu..

yang sedang berdiri di hadapanku..

mengapa makin kuat debaran ini??

sewaktu mata kita bertaut..

kali ini jarak kita semakin dekat..

dan kini kita sudah berhadapan..

kau memulakan sapaan..

beserta senyuman yang sangat aku rindui..

kali ini aku mendengar bait-bait cinta..

yang sedang merdu berdendang di hati kita…

aku harap kau juga sama…

merasai perasaan yang sama..

kali ini biarla mulut kita tertutup..

kerana kita harus mengizinkan hati kita..

berbicara tentang cinta…

kali ini….

BIAR CINTA BERBICARA